Tuesday, June 12, 2007

Kunjungan Finalis "Indonesian Idol"


MUKADIMAH:
SENIN petang, 11 Juni 2007, tim futsal Redaksi Harian Kompas menerima kedatangan 12 inalis "Indonesian Idol" yang biasa bertarung di Balai Sarbini setiap Jumat dan disiarkan RCTI, untuk sebuah pertandingan persabahatan. Acara berlangsung meriah dan penuh persahabatan, tidak saling ngotot-ngototan memenangi pertandingan dan skor akhir 2-2. Berikut laporan singkat wartawan Kompas R. Adhi Kusumaputra (KSP) yang dimuat di
www.kompas.com dan www.pkk-kompas.com.


Indonesian Idol Bertanding Futsal di Kompas

JAKARTA, KOMPAS -Dua belas peserta Indonesian Idol hari Senin (11/6) sore ini bertanding futsal melawan tim Kompas di lapangan futsal Kompas, Palmerah, Jakarta.

Dipimpin Public Relations RCTI Hafni Sari Damayanti, 12 peserta Indonesian Idol ini bermain bergantian dengan tim Kompas, yang sebagian besar wartawan perempuan. "Kami memenuhi undangan Kompas untuk bermain futsal," kata Yanti, nama panggilannya.

Sementara Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Taufik H Mihardja mengatakan, ini kali kedua Kompas mengundang tim luar untuk bermain futsal bersama di Kompas. Sebelumnya, tim Puteri Indonesia juga tampil bermain futsal di Kompas.

Peserta Indonesian Idol adalah Rini, Gaby, Sarah, Dimas, Fandy, Wilson, Julian (tujuh besar yang masih tampil hingga Jumat 15 Juni), lalu Priska, Steve, Marsya, Gana dan Risma (lima terakhir ini sudah tereleminiasi)..

Sebelum bermain futsal, peserta Indonesian Idol menyanyikan lagu "Bendera Merah Putih", "Wow", dan "Idola Indonesia".

Tuesday, June 5, 2007

Menimbang Audio-Video



Ada “Office Boy”, ada “Office Theatre”

ADA Office Boy di kantor, itu biasa. Tetapi Office Theatre? Di rumah biasa ada Home Theatre. Tetapi Office Theatre? Apa pula ini? Apa ada istilah baru yang namanya Office Theatre?


Ah, itu sekadar istilah jadi-jadian saja. Istilah yang selintas lewat dalam pikiran, hap... lalu ditangkap, seperti cicak-cicak di dinding. Tidak ada istilah Office Theatre. Hanya saja ketika ada perlengkapan Home Theatre yang dipasang di kantor, tepatnya di balik pintu masuk utama sayap kanan lantai III Redaksi Harian Kompas, maka istilah itupun tiba-tiba muncul begitu saja.

Ini perangkat audio-video yang dikeluarkan sebuah perusahaan elektronik yang mengusung jargon “Life’s Good”, sebuah televisi plasma raksasa seukuran kira-kira 60 inches (1,5 meter), lengkap dengan sub-woofer dan enam speaker yang bisa dipasang di sekeliling ruangan untuk menimbulkan efek stereo yang nyata.

Kalau memutar film dari media DVD, terasalah kebeningan gambar dan kejernihan suaranya. Alhasil, ruangan sayap kanan depan yang terisi desk polhukam, desk opini, dan desk multimedia itu seperti tersulap menjadi theater sungguhan. AW Subarkah adalah wartawan spesialis multimedia yang menghadirkan televisi plasma raksasa itu untuk ditimbang, sementara Irwan Julianto secara sukarela menjadi “operator” yang banyak memutar film bermutu nonbajakan, plus kelompok musik kondang.

Tadi malam terjadi kehebohan tatkala kelompok Queen dengan Freddy Mercury-nya “menguncang” seisi kantor dengan lagu-lagu getasnya, classic rock. Disusul The Bee Gees yang bersuara “cempreng”, dan The Beatles yang tampil dengan gaya gipsy-nya. “When I find myself in trouble mother Marry comes to me...” lenguh Paul McCartney.

Sebelumnya juga ada Il Divo. Juga ada penyanyi solo macam Josh Groban, Andrea Boricelli, dan Santana. Belum lagi film action seperti Mission Imposible dan The Blood Diamond.

Banyak wartawan dan karyawan tertahan saat hendak pulang untuk duduk sejenak di kursi yang dijajarkan di depan televisi. Tercatat yang duduk menikmati Office Theatre itu antara lain Maria Hartiningsih, Fitrisia, Tony Widiastono, Agnes Aristiarini, dan Retno Bintarti. Belum lagi anggota tiga desk di ruangan itu yang mau tidak mau menikmati apa saja yang diputar.

Meski demikian, kerja jalan terus. Bahkan ada wartawan yang tenggelam dalam pekerjaan seakan-akan tidak pernah tahu ada keriuhan di sekitarnya!

Komentar para wartawan beragam, tetapi kebanyakan kelakar. "Wah, televisi di rumah saya malah lebih besar, sebesar dinding rumah," kata seorang wartawan. Yang lain tak tinggal diam, "Di rumah televisi begini saya pasang di halaman, biar tetangga ikut menikmati." Ada lagi, "Saya mau membeli televisi model begini, tetapi mau yang lebih besar dari ini." Yang lain, ya ketawa-ketiwi sajalah mendengarnya, selagi ketawa-ketiwi tidak dipajak!

Konon, televisi plasma raksasa itu hanya sementara saja berada di ruangan itu. Selesai ditimbang , barang harus angkat kaki. Kalau ditimbang dan dinilai, tentu tidak akan ada cacatnya. Hanya saja bagi sebagian besar karyawan Kompas, kekuarangan barang baru itu tetap ada, yaitu harganya yang tidak bisa terjangkau kocek!

Ah, namanya saja ikut menikmati, tidak harus memiliki atau membeli, bukan?

Demam Futsal




Sportif, Lalu Kreatif

BERMULA setahun yang lalu, ketika Buyung Wijayakusuma (BOY) dan kawan-kawan menggagas pertandingan futsal antardesk di lingkungan Redaksi Harian Kompas, tradisi itu terus berlanjut dan menjadi agenda tahunan di luar unit Porka yang akhir-akhir ini belum menunjukkan geliatnya. Tetapi "Futsal Fiesta" ini bukan karena unit Porka tertidur pulas, ini sekdar melanjutkan tradisi yang tampaknya mendapat tempat di hati para awak redaksi.

Alhasil, tiga hari dalam seminggu setiap sore bertanding para futsalmania mewakili desk dan unit-unit kecil di lingkungan redaksi. Mulai dari para bos besar yang duduk di meja tengah, bos menengah yang tersebar di berbagai desk, sampai unit-unit pendukung seperti office boy (OB). Setiap sore mereka bertarung di lapangan basket yang disulap jadi lapangan futsal di belakang percetakan Gramedia.

Kadang pertarungan berlangsung seru, tegang, dan beberapa tim tampil ngotot ingin memenangi pertandingan. Tetapi kebanyakan hanya fun saja, tidak terlalu seriuslah, sekadar melemaskan otot saja daripada duduk terus menghadapi komputer. Satu tim bisa bercampur antara lelaki dan perempuan. Di sinilah serunya. Penuh gelak tawa, canda dan saling ejek, saling memanas-manasi. Di lapangan, para pemain futsal berseragam kaus lengkap, plus dengan nama atau inisial di belakang kaus pemain. Soal kostum ini baru serius!

Selepas pertandingan, ada tim kreatif yang melaporkan pertandingan demi pertandingan untuk "tabloid" satu halaman dengan nama tabloid Futsale. Tata letak tabloid ini sungguh apik dan profesional, mengalahkan tabloid-tabloid olahraga pada umumnya karena digarap oleh teman-teman produksi, plus pemilihan foto atraktif di lapangan dan berita yang menggigit. Alhasil, selain berlatih untuk selalu berlaku sportif, juga berlanjut dengan unsur kreatif.

Bagi yang tidak sempat menonton pertandingan, Futsale menjadi komunikasi yang efektif, meski satu arah. Tabloid ini kemudian di tempel di tempat-tempat pengumuman atau papan informasi dan tempat-tempat strategis lainnya. Tentu saja setelah meminta izin dari pengelola gedung, tidak asal tempel poster. Ada juga "reporter sukarela" yang melaporkan pandangan mata dan dimasukkan ke dalam situs Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) berlamat di www.pkk-kompas.com. Di sini "berita" menjadi percakapan antarpelaku maupun mereka yang dipersatukan minat yang sama, futsal, karena sifatnya yang interaktif.