Wednesday, May 2, 2007

2806 Karakter (6)


Pemilihan Raya

BERTEPATAN dengan Hari Buruh se-Dunia yang biasa disebut May Day, 1 Mei, di Harian Kompas berlangsung pemilihan raya. Disebut pemilihan raya, sebab inilah pesta demokrasi dua tahunan karyawan Kompas untuk memilih ketua Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) yang baru.

Pemilihan 1 Mei sebagai hari pertama pemilihan raya yang ditetapkan panitia tentu saja ada maksud khusus. Maksud khusus itu bukan bermaksud mengolok-olok hari buruh itu sendiri, tetapi justru turut memperingati hari buruh, sebab karyawan Kompas juga termasuk buruh. Bahkan, pemilihan raya berlangsung tiga hari, hingga 3 Mei.

"Seharusnya pemilihan berlangsung 25 April lalu. Akan tetapi, karena ingin semuanya terbuka, maka pemilihan digelar satu hingga tiga Mei," kata Tri Agung Kristanto, anggota panitia pemilihan bidang verifikasi calon dan pemilih, yang biasa dipanggil Tra.

Pemilihan itu sendiri berlangsung meriah, tetapi tetap tertib dan aman. Tidak ada demo liar. Antusiasme karyawan terlihat saat mereka antri menyalurkan hak demokrasi mereka, termasuk Rien Kuntari, Adi Prinantyo, Nurhidayati, dan Arbain Rambey. Arbain adalah ketua panitia pemilihan. Dotty Damayanti, pengurus PKK lainnya, sedang berada di luar negeri. Salomo Simanungkalit menolak untuk memilih, demikian juga Syahnan Rangkuti. Tidak ada kabar apakah Luhur dan Anung Wedyantoko, anggota PKK lama, turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi di Kompas ini.

"Wisudo yang masih tercatat sebagai karyawan juga kami SMS untuk diajak memilih, tetapi yang bersangkutan tidak menjawab," kata Tri Agung mengenai Wisudo.

Sempat ada sas-sus pemilihan raya ini sebagai bentuk dari kudeta telanjang untuk mendongkel pengurus PKK lama. Yah, tergantung darimana melihatnya. Bagi sebagian pengurus PKK lama, mungkin ini kudeta karena mereka masih merasa menjadi pengurus PKK. Sementara dari mereka yang menghendaki pemilihan raya, tentu saja ini hak pengembalian demokrasi yang "diserobot" PKK lama yang secara sepihak memperpanjang kepengurusannya hinga enam bulan.

Orang luar yang tidak tahu menahu isi Kompas dan hanya mengandalkan kesoktahuan mereka, mereka-reka dan berkhayal bahwa Kompas melakukan union busting, pemberangusan serikat pekerja. Ah... tidak ada pemberangusan sarekat pekerja! Bagaimana mungkin karyawan Kompas membiarkan PKK memperpanjang kepengurusannya. Bukankah menunjukkan bahwa PKK masih ada. Benar-benar buta orang yang mengatakan telah terjadi pemberangusan serikat pekerja di Kompas. Apakah PKK itu serikat pekerja? Sepertinya harus ditanyakan pada rumput yang bergoyang.

Kini seluruh karyawan Kompas menunggu siapa yang bakal jadi ketua PKK baru, apakah Frans Mentasir, Adhi KSP, Tjahja Gunawan, atau Jannes Eudes Wawa setelah Rivanto mengundurkan diri. Siapapun yang terpilih, setidak-tidaknya harapan karyawan Kompas adalah pengurus PKK yang baru nanti benar-benar akan menjadi "jembatan" kepentingan seluruh karyawan. Tidak menghabiskan waktu dan energi untuk membela kepentingan satu orang atau segelintir orang saja, tetapi benar-benar kepentingan seluruh karyawan. Kita tutup lembaran lama dan mulai membuka lembaran baru.

Meski demikian, dengan segala rasa hormat, kami ucapkan terima kasih kepada pengurus PKK lama yang setidak-tidaknya memiliki sejumlah program yang sempat direalisasikan, baik yang terasa langsung maupun yang tidak.

Selamat jalan PKK lama, selamat datang PKK baru!

No comments: