Sunday, February 4, 2007

Plintiran Berbuah Makian


Mukadimah:

Dalam pengantar untuk postingan "Surat Wisudo Buat Wartawan Kompas", terdapat kata pengantar dari blog Kompasinside yang kembali menggunakan "plintiran fakta" yang bikin decak kagum siapapun, kecuali mereka yang mampu berpikir rasional. "Plintiran" itu berbuah makian dari salah seorang blogger yang memberi komentar di postingan 3 Februari 2007 tersebut. Surat Wisudo itu sendiri sudah diselundupkan oleh LuhurFajar Martha ke milis karyawan Kompas dan mendapat tanggapan banyak pihak. Berikat kami postingkan catatan blog sebelah untuk pengantar Surat Wisudo, makian dari seorang blogger (H Supriatna), serta tanggapan sejumlah wartawan/karyawan atas surat selundupan tersebut.


Moderator


Pengantar "Surat Wisudo"


(Ctt: Setelah Seruan Wartawan Kompas muncul, seperti diduga, mobilisasi dukungan yang dilakukan oleh kelompok Suryopratomo Cs dilakukan. Mereka yang tidak mau tandatangan dipojokkan, seolah-olah mereka "musuh" Kompas. Akan tetapi ada sedikit wartawan Kompas yang masih bertahan tidak mau ikut mobilisasi gombal-gombalan itu. Tidak diketahui apakah dalam situasi intimidatif mereka bisa bertahan dan tetap selamat. Di tengah histeria itu, Bambang Wisudo diminta oleh beberapa orang di dalam Kompas yang masih bisa berkepala dingin untuk menulis. Maka Bambang Wisudo menulis respon atas "Seruan Wartawan Kompas" ini pada Senin (29/1/2007) malam. Akan tetapi di antara mereka masih berdebat siapa yang akan memosting ini di milis karyawan. Akhirnya surat Bambang Wisudo di posting, Rabu (31/1/2007) siang. Mudah-mudahan wartawan Kompas yang mendukung manajemen untuk memberangus serikat pekerja di harian terbesar itu segera kembali memperoleh rasionalitas, humanisme, dan bisa mendengar hati nuraninya. Berikut surat Bambang Wisudo yang dikirim untuk kawan-kawannya di Kompas...).


Komentar Blogger atas Pengantar "Surat Wisudo"


Anda bener-bener lihai dalam memutar balikkan fakta yang ada, di balik atas demokrasi anda berlindung dari kebusukan demi kepentingan diri anda. Hanya orang yang bodoh yang percaya atas semua bualan-bualan yang anda tulis. Mari kita bertindak secara bijak dalam melihat persoalan dalam dua sisi yang berlawanan antara Wisudo dan Kompas untuk mendapatkan kebenaran yang Nyata. Saya yakin kebenaran yang akan menenggelamkan anda "Wisudo".


Komentar Pascal SB Saju atas Surat Selundupan


E, wis, aku kagum etos perjuangan dan keteguhan pendirian mu, tetapi tidak pada cara-caramu, dan pelintiran2 mu.


Komentar Arbain atas Surat Selundupan


Wis, aku udah bosan dengan pelintiran2mu......


Komentar Anwar Hudijono Surat Selundupan (sudah diposting sebelumnya)


Dialog memang cara yang elegan. Dulu pun saya menyarankan demikian. Tetapi, dialog menjadi tidak diperlukan terhadap orang atau pihak yang memang tidak punya itikad baik.Niatnya memang mengajak hancur-hancuran. Sejak awal sudah menyimpan tekad untuk TOTAL WAR. Cenderung mau menang sendiri. Tidak noleh githoke dhewe. Katanya demokrasi, tetapi ketika demokrasi tercermin melalui representasi suara karyawan lantas dituduh sebagai rekayasa manajemen.Dengan melihat latar yang begitu, siapapun akan berpikir berulang kali untuk membuka jendela dialog. Jangan-jangan kalau ada kesediaan dialog nanti dipelintir sebagai sikap lemah, mulai ngeper, keder,takut. Biarkan saja berkoar-koar di luar. Nanti kalau strumnya habis lak mblerek dhewe. Tanpa bermaksud menggurui, salah satu prinsip manajemen itu harus tegas dan konsisten. Kembali ke Lap....lapangan sepak bola.


Tanggapan Muhammad Nasir atas Surat Selundupan


Oke, kita hormati semua pendapat, termasuk yang berseberangan sekalipun. Tapi jangan ada pelintiran-pelintiran dan penyesatan publik. Pelintiran bukan gaya Kompas. Dari mana asal muasalnya Komite Anti Pemberangusan Serikat Pekerja tiba-tiba disingkat menjadi KOMPAS? Dari namanya saja, terlihat ada niat tidak baik, mencatut nama KOMPAS. Sudah berapa orang terkecoh!


Tanggapan Tri Suaji atas Surat Selundupan


Bagaimana caranya kita membela perusahaan tempat kita mencari nafkah ini agar sdr. Wisudo & rekans juga tidak menganggap kita/Kompas berbuat melintir dan penyesatan publik? Kalau kita diam saja dan mereka terus2an melakukan demo dan sejenisnya, apakah kita akan runtuh? Kenapa kita mesti gerah dengan jurus2nya? Saya rasa tim (Manajemen dan legal) Kompas dalam menghadapi kasus ini juga tidak tinggal diam. Tim pasti sudah punya jurus2nya. Tim tersebut pasti piawai, sehingga tidak seperti orang yang baru belajar silat, yang sebentar2 memperagakan jurus yang baru dipelajari. Kita memang harus mendukung, tetapi dengan cara yang Kompas. Kita percayakan pada Tim Kompas. Kalau kita malah teriak2 mengeluarkan jurus2, malahan jurus2 itu akan terbaca oleh khalayak, atau bahkan misalnya kalau jurus itu tidak tepat justru akan membuat terpeleset. Memang kita perlu klarifikasi kepada khalayak, yang tentu caranya beda dengan cara2 mereka seperti selama ini, tetapi dengan cara dan pendekatan ala Kompas. Toh masih banyak sekali relasi2 kita yang masih memandang Kompas. Saya percaya diantara rekans kita banyak yang piawai menyampaikan/klarifikasi/pendekatan kepada relasi2 Kompas. Maaf rekans, saya hanya menyampaikan pendapat saya tetapi sungguh dengan tidak bermaksud menggurui. Kalu mungkin, mari kita beri semangat dan percayakan kepada Tim Kompas. Biarkan pendemo melakukan aksinya sampai kapanpun, toh kita tidak bisa melarang. Biar mereka memelintir dan melakukan penyesatan publik yang mereka anggap benar. Yang pasti, nanti 'siapa akan percaya pada siapa'. Ini semua juga tergantung pendekatan dan cara kita, juga keyakinan akan kebenaran kita. Kemudian lagi, sekarang kita akan menganggap sdr. Wisudo & rekans sbg sesuatu yang menakutkan dan akan meruntuhkan kita, atau menganggap sebagai ular 'koros' (ular yang menghadapi lawannya dengan terus menerus mendesis, yang akhirnya terkulai lemas sendiri), atau akan menganggap sebagai sparring-partner ? Mari kita tanggapi dengan cara yang tidak sama dengan mereka. Pinjam merk dagangnya Thukul Arwana, "Silent please.....", dan percaya kepada Tim Kompas.Sekali lagi maaf, dan tidak bermaksud menggurui. Salam.

No comments: